Minggu, 15 Mei 2011

Wanita Idaman Bagi Seorang Lelaki Rumahan

Rama ialah seorang pria rumahan ia jarang keluar rumah kalau ada keperluan baru ia keluar rumah dan ia juga mempunyai sifat sedikit manja.Suatu hari Rama bertanya kepada papanya.”Pa wanita sejati itu seperti apa?
Papa terkejut. Ia memandang takjub pada anak yang di luar pengamatannya sudah menjadi pria dewasa. Terpesona, karena waktu tak mau menunggu. Rasanya baru kemarin Rama masih masih menagis bila terkena duri mawar disamping rumah. Tiba-tiba saja kini ia sudah menjadi pria yang punya banyak pertanyaan.
Sepasang matanya yang dulu sering belekan , sekarang bagai sorot lampu mobil yang amat terang pada malam gelap gulita. Sinarnya begitu tajam menusuk mata dan hati. Sekelilingnya jadi ikut memantulkan cahaya. Namun jalan yang ada di depan hidungnya sendiri, yang sedang ia tempuh, nampak masih berkabut yang amat tebal. Hidup memang sebuah rahasia besar yang tak hanya dialami dalam cerita di dalam pengalaman orang lain, karena harus ditempuh diri sendiri.
“Kenapa kamu menanyakan itu, Ram?”Tanya Papanya Rama.
“Ramapun menjawab”Sebab aku ingin tahu mah.”
“Dan sesudah tahu?”tanya papa Rama sambil tersenyum.
“Aku tak tahu.”Jawab Rama sambil menggaruk kepalanya karena ia bingung.
Wajah Ramapun menjadi merah. Papanya paham, karena ia pun pernah muda dan ingin menanyakan hal yang sama kepada papanya, tetapi tidak berani. Waktu itu perasaan tidak pernah dibicarakan, apalagi yang menyangkut cinta. Walaupun dicoba, jawaban yang muncul sering menyesatkan. Karena orang tua cenderung menyembunyikan rahasia kehidupan dari anak-anaknya yang dianggapnya belum cukup siap untuk mengalami. Kini segalanya sudah berubah. Anak-anak ingin tahu tak hanya yang harus mereka ketahui, tetapi semuanya. Termasuk yang dulu tabu. Mereka senang pada bahaya.Setelah menarik napas, Papa mengusap kepala putranya dan berbisik.
Papa Rama akhirnya buka mulut”Jangan malu, anakku. Sebuah rahasia tak akan menguraikan dirinya, kalau kau sendiri tak penasaran untuk membukanya. Sebuah rahasia dimulai dengan rasa ingin tahu, meskipun sebenarnya kamu sudah tahu. Hanya karena kamu tidak pernah mengalami sendiri, pengetahuanmu hanya menjadi potret asing kehidupan yang kamu baca dari buku-buku yang kau pinjam di perpustakaan. Banyak orang tua menyembunyikannya, karena pengetahuan yang tidak perlu akan membuat hidupmu berat dan mungkin sekali patah lalu berbelok kearah yang salah sehingga kamu tidak akan pernah sampai ke tujuan hidup. Tapi kau jangan kira papa seperti itu . Papa percaya zaman memberikan kamu kemampuan lain untuk menghadapi bahaya-bahaya yang juga sudah berbeda. Jadi papa akan bercerita. Tetapi apa kamu siap menerima kebenaran walaupun itu tidak menyenangkan?”
“Maksud papa?”Tanya Rama sambil mengerutkan keningnya.
“Lelaki sejati anakku, mungkin tidak seperti yang kamu bayangkan.”Jawab papa Rama sambil mengambil teh hangat yang telah disediakan.
“Kenapa tidak?”Tanya kembali Rama sambil memakan kue yang ada di meja ruang tamu.
Jawab papa Rama”Sebab di dalam mimpi, kamu sudah dikacaukan oleh gemerlap-gemerlip harapan yang meluap dari berbagai kekecewaan terhadap wanita-waita yang tak pernah memenuhi harapan seorang pria. Di situ yang ada hanya perasaan tidak pas dan tidak cocok.”
“Apakah itu salah?”Tanya Rama dengan muka serius
“Papa tidak akan bicara tentang salah atau benar. Papa hanya ingin kamu memisahkan antara perasaan dan pikiran. Antara harapan dan kenyataan.Itu saja og.Kamu sudah mengerti Ram?”Tanya papa sambil mencolekan jari telunjuknya ke hidung Rama.
Jawab Rama“Aku mengerti pa dan aku selalu memisahkan itu. Harapan adalah sesuatu yang kita inginkan terjadi yang seringkali tidak sesuai dengan apa yang kemudian ada di depan mata. Harapan menjadi ilusi, ia hanya bayang-bayang dari hati ini. Itu sih aku mengerti sekali. Tetapi apa salahnya bayang-bayang? Bukankah karena dengan bayang-bayang itulah kita tahu ada sinar matahari yang menyorot, sehingga berkat kegelapan, kita bisa melihat bagian-bagian yang diterangi cahaya, hal-hal yang nyata yang harus kita terima, meskipun itu bertentangan dengan harapan.”
Papanya tersenyum.
“Jadi kamu masih ingat semua yang papa katakan dulu?”
Kenapa tidak?Jawab Rama.
“Hebat kamu Ram berarti kamu sudah siap untuk melihat kenyataan dong?”tanya papanya seakan bertanya dengan kesombongannya.
“Aku siap. Aku tak sabar lagi untuk mendengarnya. Tunjukkan padaku bagaimana wanita sejati itu.”Jawab Rama seakan memaksa papanya
Papa memejamkan matanya. Ia seakan-akan mengumpulkan seluruh unsur yang berserakan di mana-mana, untuk membangun sebuah sosok yang jelas dan nyata bagi Rama.
“Wanita yang sejati itu, Rama” katanya kemudian, “adalah… tetapi ia tak melanjutkan.
Adalah?”
‘Adalah seorang laki-laki yang sejati.”Kata papanya sambil mengagetkan Rama
“Ah, Papa jangan gitu dong,jangan ngeledek Rama begitu, aku serius, aku tak sabar ini,masa papa gitu sama Rama.”kata Rama dengan sebalnya
“Bagus, Papa hanya berusaha agar kamu benar-benar mendengar setiap kata yang akan papa sampaikan. Jadi perhatikan dengan sungguh-sungguh dan jangan memotong, karena wanita sejati tak bisa diucapkan hanya dengan satu kalimat saja. Wanita sejati anakku”, lanjut papa sambil memandang ke depan, seakan-akan ia melihat wanita sejati itu sedang melangkah di udara menghampiri penjelmaannya dalam kata-kata.
“wanita sejati adalah…”
“Wanita yang cantik?!”Kata Rama dengan mengagetkan papanya.
“Salah! Kan barusan Papa bilang, jangan menyela! Wanita disebut wanita sejati, bukan hanya karena dia cantik! Mawar samping rumah kita juga cantik bila dilihat, tetapi wanita sejati bukan hanya karena dia selalu memikat hati semua orang dengan kecantikannya, tetapi dia harus lentur dan berjiwa. Tumbuh, berkembang bahkan berubah, seperti juga kamu.”Jawab papa.
“O ya?”Tanya Rama sekan tidak percaya.
“Bukan karena ampuh memikat hati semua orang, bukan juga karena cantik wanita menjadi sejati. Seorang wanita menjadi wanita sejati tidak hanya karena dia disukai banyak orang, karena bentuknya indah dan proporsinya ideal. Seorang wanita tidak dengan sendirinya menjadi wanita sejati karena dia hebat, unggul, selalu menjadi pemenang, berani dan rela berkorban. Seorang wanita belum menjadi wanita sejati hanya karena dia kaya-raya, baik, bijaksana, pintar bicara, beriman, menarik, rajin sembahyang, ramah, tidak sombong, tidak suka memfitnah, rendah hati, penuh pengertian, berwibawa, jago bercinta, pintar mengalah, penuh dengan toleransi, selalu menghargai orang lain, punya kedudukan, tinggi pangkat atau punya karisma, banyak akal, serta mempunyai banyak teman. Seorang wanita tidak menjadi wanita sejati hanya karena dia berjasa, berguna, bermanfaat, jujur, lihai, pintar atau jenius. Seorang wanita meskipun dia seorang idola yang kamu kagumi, seorang pemimpin, seorang pahlawan, seorang perintis, pemberontak dan pembaru, bahkan seorang yang arif-bijaksana, tidak membuat dia otomatis menjadi wanita sejati!”Jawab papa dengan jelas.
“Kalau begitu apa dong pa?”Tanya Rama dengan bingung.
“Seorang wanita sejati itu adalah seorang yang melihat yang pantas dilihat, mendengar yang pantas didengar, merasa yang pantas dirasa, berpikir yang pantas dipikir, membaca yang pantas dibaca, dan berbuat yang pantas dibuat, karena itu dia berpikir yang pantas dipikir, berkelakuan yang pantas dilakukan dan hidup yang sepantasnya dijadikan kehidupan.”Kata papa dengan penuh kesabaran.
Pria muda itu tercengang.
“Hanya itu?”Seakan Rama tidak percaya
“Seorang wanita sejati adalah seorang wanita yang satu kata dengan perbuatan!”Kata papa dengan penuh kesabaran.
“Orang yang konsekuen?”Tanya Rama kembali.
“Lebih dari itu!”Jawab papa.
“Seorang yang bisa dipercaya apakah itu juga iya?”Tanya Rama.
“Semuanya Ram!”Jawab papanya dengan gemasnya.
Pria muda itu terpesona dan tercengang.
Ahhhhh! Rama pun memejamkan matanya, seakan-akan mencoba membayangkan seluruh sifat itu mengkristal menjadi sosok manusia dan kemudian memeluknya. Ia menikmati lamunannya sampai tak sanggup melanjutkan lagi ngomong. Dari mulutnya terdengar erangan kecil, kagum, memuja dan rindu. Rama pun mengalami orgasme batin.
“Ahhhhhhh, gumannya terus seperti mendapat tusukan nikmat sekali. Aku jatuh cinta kepadanya dalam penggambaran yang pertama pa. Aku ingin berjumpa dengan wanita yang seperti itu. Katakan di mana aku bisa menjumpai wanita sejati seperti itu, Papa?”Kata Rama sambil memejamkan matanya.
Papa tidak menjawab. Dia hanya memandang anak laki-lakinya dengan kasih sayangnya. Pria muda itu jadi bertambah penasaran.
“Di mana aku bisa berkenalan dengan dia pa?”Tanya Rama.
“Untuk apa Ram semua itu?”Tanya papa Rama kembali.
“Karena aku akan berkata terus-terang dari lubuk hatiku, bahwa aku mencintainya. Aku tidak akan malu-malu untuk menyatakan seperti itu, aku ingin dia menjadi pacarku, mempelaiku, menjadi ibu dari anak-anakku, cucu-cucu Papa. Biar dia menjadi teman hidupku, menjadi tongkatku kalau nanti aku sudah tua. Menjadi orang yang akan memijit kakiku kalau semutan, menjadi orang yang membesarkan hatiku kalau sedang remuk dan ciut. Membangunkan aku pagi-pagi kalau aku malas dan tak mampu lagi bergerak. Aku akan meminangnya untuk menjadi istriku, ya aku tak akan ragu-ragu untuk merayunya menjadi menantu Papa, penerus generasi kita, kenapa tidak, aku akan merebutnya, aku akan berjuang untuk memilikinya untuk selamanya.”Ujar Rama dengan semangat.
Dada laki-laki muda itu naik turun dan detak jatungnya berdenyut sangat kencang.
“Kan sudah biasa bila laki-laki memilih wanita untuk jadi pendamping hidupnya.”Jawab
laki-laki muda itu sambil membuka matanya. Bola mata nya berkilat-kilat. Ia memegang tangan papanya.
“Katakan cepat papa, di mana aku bisa menjumpai wanita seperti itu?”Tanya
sambil papa menarik nafas panjang dan Rama pun terkejut.
“Kenapa papa menghela nafas sepanjang itu?”Rama kembali bertanya dengan wajah keheranan.
“Karena kamu menanyakan sesuatu yang sudah tidak mungkin, Ram.”Ujar papa dengan wajah cemas.
“Apa? Tidak mungkin?”Kata Rama sambil menundukan kepalanya kebawah.
“Ya.”Jawab papa dengan tegas.
“Kenapa?”Tanya Rama.
“Karena wanita sejati seperti itu sudah tidak ada lagi di atas muka bumi ini.”Ujar papa dengan penuh kepercayaan.
‘Oh”, Rama pun terkejut dan menyanyakan kepada papanya.
“Sudah tidak ada lagi?”
“Ya sudah habis Ram.”Jawab papa.
“Ya Tuhan, habis? Kenapa pa?”
“Wanita sejati seperti itu semuanya sudah amblas, sejak mama mu meninggal dunia.
Laki-laki muda itu pun menutup mulutnya yang terpekik karena kecewa.
Sudah amblas dari muka bumi ini?yang benar pa?”Tanya Rama seakan tak percaya.
“Ya. Sekarang yang ada hanya wanita yang tak bisa lagi dipegang mulutnya. Semuanya hanya pembual. Aktor-aktor kelas palsu. Cap tempe semua. Banyak wanita yang cantik, pintar, kaya, punya kekuasaan dan bisa berbuat apa saja, tapi semuanya tidak bisa dipercaya. Tidak ada lagi wanita sejati anakku. Mereka tukang kawin, tukang ngibul, semuanya bakul jamu, tidak mau mengurus anak, apalagi mencuci celana dalammu, mereka buas dan jadi macan kalau sudah dapat apa yang diinginkan. Kalau kamu sudah tua dan tidak rajin lagi meladeni, mereka tidak segan-segan menyiksa kamu. Tidak ada lagi wanita sejati lagi, anakku. Jadi kalau kamu masih merindukan wanita sejati!, kamu akan menjadi perjaka tua. Lebih baik hentikan mimpi yang tak berguna itu sekarang.”Ujar papa seakan sedih membayangkan apa yag ia ceritakan.
Ramapun termenung. Mukanya nampak sangat murung.
“Jadi tak ada harapan lagi bagiku”, gumam Rama dengan suara tercekik putus asa. Tak ada harapan lagi. Kalau begitu aku patah hati.
“Patah hati?”Tanya papa.
“Ya. Aku putus asa pa.”Jawab Rama dengan penuh kekecewaan.
“Kenapa mesti putus asa Ram?”Tanya papa.
“Karena apa gunanya lagi aku hidup, kalau tidak ada wanita sejati pa?”Tanya kembali Rama.
Papanya kembali melihat Rama dengan penuh kasih sayang, lalu tersenyum.
“Kamu terlalu muda nak, terlalu banyak membaca buku dan duduk di kursi kamarmu itu. Tutup buku itu sekarang dan berdiri dari kursi yang sudah memenjarakan kamu itu. Keluar, hirup udara segar, pandang lagit biru dan daun-daun hijau. Ada bunga bakung putih sedang mekar beramai-ramai di pagar yang amat indah itu, dunia tidak seburuk seperti yang kamu bayangkan di dalam kamarmu itu. Hidup tidak sekotor yang diceritakan oleh buku-buku yang kau pinjam di perpustakaan meskipun memang tidak seindah mimpi-mimpimu. Keluarlah anakku, carilah seseorang luar sana, lalu tegur dan bicara! Jangan ngumpet di sini!”Perintah papa.
“Aku tidak ngumpet og!”Ujar Rama seakan mengelak.
“Jangan lari dong!”Perintah papa.
“Siapa yang lari?”Kata Rama.
“Mengurung diri itu lari atau ngumpet. Ayo keluar!”Jawab papa sambil memaksa Rama.
“Keluar ke mana pa?”Tanya Rama.
“Ke jalan!”Jawab papa dengan penuh semangat papa menunjuk ke arah pintu yang terbuka. “Bergaul dengan masyarakat banyak.”Kata papa lagi.
Ramapun termangu.
“Untuk apa? Dalam rumah kan lebih nyaman lebih adem?”Ujar Rama.
“Kalau begitu kamu mau jadi kodok dalam tempurung!”Jawab papa sambil mengejek Rama.
Tapi aku kan banyak membaca? Aku hapal di luar kepala karya-karya Chairul Anwar!Jawab Rama dengan menyombongkan dirinya.
“Tidak cukup Ram! Kamu harus pasang omonganmu dengan mereka, berdialog akan membuat hatimu terbuka, matamu melihat lebih banyak dan mengerti pada kelebihan-kelebihan orang lain dan kekurangannya.”Ujar papa Rama.
Ramapun menggeleng.
“Tidak ada gunanya, karena mereka bukan wanita sejati.”Kata Rama dengan penuh putus asa.
“Makanya keluar. Keluar sekarang juga!”Kata papa.
“Keluar?”Tanya Rama seakan dia bingung.
“Ya.”Kata papa.
Laki-laki muda itu tercengang, suara papanya menjadi keras dan memerintah. Ia terpaksa meletakkan buku, membuka earphone yang sejak tadi menyemprotkan musik pop ke dalam kedua telinganya, lalu keluar kamar.
“Matahari sore terhalang oleh awan tipis yang berasal dari polusi udara. Tetapi itu justru menolong matahari yang garang itu untuk menjadi bola api yang sangat indah. Dalam bulatan yang hampir sempurna, merahnya menyala namun lembut menggelincir ke kaki langit itu. Seekor burung elang nampak jauh tinggi melayang-layang mengincar mangsanya.”Jawab papa sambil membayangkan merasakan apa yang ia ceritakan.
Wajah lelaki muda itu tetap kosong.
“Aku tidak memerlukan matahari, aku memerlukan seorang wanita sejati,” Bisiknya.
“Makanya keluar dari rumah dan lihat ke jalanan!”Perintah papanya.
‘Untuk apa?”Tanya kembali Rama.
“Banyak wanita di jalanan. Tangkap salah satu. Ambil yang mana saja, sembarangan dengan mata terpejam juga tidak apa-apa. Tak peduli siapa namanya, bagaimana tampangnya, apa pendidikannya, bagaimana otaknya dan tak peduli seperti apa perasaannya. Gaet sembarang wanita yang mana saja yang tergapai oleh tanganmu dan jadikan ia teman hidupmu!”Jawab papa.
Lelaki muda itu tecengang. Hampir saja ia mau memprotesnya. Tapi papanya keburu memotong. Asal, lanjut papanya dengan suara lirih namun tegas, asal, ini yang terpenting anakku, asal dia benar-benar mencintaimu dan kamu sendiri juga sungguh-sungguh mencintainya. Karena cinta, anakku, karena cinta dapat mengubah segala-galanya.
Ramapun tercengang dan sempat menghentiikan nafasnya sejenak dan menghembuskannya secara perlahan.
“Dan lebih dari itu”, lanjut papa sebelum anaknya sempat membantah, “lebih dari itu anakku”, katanya dengan suara yang lebih lembut lagi namun semakin tegas, “karena seorang perempuan, anakku, siapa pun dia, dari mana pun dia, bagaimana pun dia, setiap laki-laki, setiap laki-laki anakku, dapat membuat seorang perempuan, siapa pun dia, bagaimana pun dia, apapun pendidikannya,apa pun pekerjaannya bahkan bagaimana pun kapasitasnya, seorang laki-laki dapat membuat setiap perempuan menjadi seorang wanita yang sejati!
“Ram besok jika Kamu sudah bekeluarga kata papa ini dapat kau jadikan bahan untuk menjawab pertanyaan anakmu hahahahaha”Kata papanya dengan tawa.
“Ahh,,papa bisa saja hahaha ”Jawab Rama sambil keluar rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar